Kamis, 11 November 2010

SUMPAH PEMUDA

Pemuda Indonesia, Pimpinlah Dunia ! 
Kamis, 28 Oktober 2010 | 11:50 WIB


Rasulullah Muhammad SAW dikenal menjadi pemimpin dunia tidak ujug-ujug begitu saja. Sejak muda, beliau sudah membangun kepercayaan. Karir kepemimpinan beliau dimulai saat menjadi juru penengah para kabilah Makkah saat proses akhir pemugaran Ka’bah. Usul peletakan Hajar Aswad yang disarankan beliau disambut setuju oleh para tetua suku. Atas prestasi itu, beliau digelari Al Amin dalam usia dua puluh lima. Rasulullah Muhammad memelopori semagat revolusi peran pemuda dalam upaya mendamaikan dan menyatukan kaumnya.

Ibrahim Khalilullah, Bapak dari agama Islam, Nasrani dan Yahudi. Saat beliau memulai revolusi melawan tirani raja dan penyembahan berhala, usianya menapak pemuda. Yusuf juga masih muda saat diamanahi jadi perdana menteri. Nabi Musa berusia kurang dari tiga puluh tahun ketika menyelamatkan umatnya dari Firaun. Nabi Dawud berusia sembilan tahun ketika mampu mengalahkan Raja Jalut. Nabi Isa masih berstatus pemuda ketika beliau memimpin muridnya melakukan pelayanan kemanusiaan.

Panglima Besar Jenderal Sudirman menjabat pucuk pimpinan TNI di usia kepala tiga. Usia yang masih terhitung sebagai seorang pemuda. Para Rasul/Nabi dan Pak Dirman masih berusia muda ketika berjuang mengarusutamakan teologi pembebasan demi kesejahteraan kaum dan bangsanya.

Inspirasi tokoh-tokoh itu, kiranya bisa sebagai kado buat kaum muda Indonesia sekaligus refleksi Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati 28 Oktober ini. Ya, sebagai pemuda kita mesti punya mimpi dan obsesi. Sebelum kita beranjak tua, setidaknya kita mampu menorekan prestasi yang bermanfaat bagi sesama. Ya, Indonesia adalah sepotong surga dengan segenap kekayaan potensi sumber daya alam dan manusia yang membuat iri dunia. Ya, kita harus optimis dan percaya, pada gilirannya kepemimpinan dunia akan lahir dari Indonesia. Ya, embrio mercusuar itu akan digerakkan oleh para pemuda, sebagaimana sejarah mencatat peristiwa Sumpah Pemuda dan proklamasi merdeka 1945.

Kenapa kita optimis dan percaya Indonesia akan menjadi pemimpin dunia? Karena Indonesia sejatinya dilahirkan sebagai miniatur dunia. Lihatlah Indonesia dengan anugerah keanekaragaman hayati, kekayaan budaya, ratusan rumpun bahasa, corak warna manusia, dan potensi alamnya. Bentuk geografis kepulauan seperti mewakili komunitas yang terdiri dari berbagai koloni. Mirip dunia yang kecil bentuknya. Itulah Indonesia. Di tengah keberbedaan itu kita bisa tetap satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, Indonesia.

Sementara kita menyaksikan kegagalan bangsa lain dalam upaya menyatukan pemahaman. Ultra Nasionalis yang digerakkan Hitler telah runtuh. Fasis yang disponsori Musollini sudah mati. Ideologi komunis yang dirintis Stalin-Lenin tak mampu menyatukan Soviet. Kapitalisme kolonial yang diusung Amerika dan sekutunya terbukti menistakan umat manusia. Rezim apartheid dan rasis model Israel mengundang permusuhan banyak bangsa. Ideologi-ideologi itu terbukti tak mampu membahagiakan manusia dan kini malah sekarat menuju ajalnya.

Alhamdulillah Indonesia memiliki jawabannya. Sebuah ideologi dan cita-cita yang dibangun bersama keanekaragaman agama, bangsa, bahasa, dan budaya. Sebuah negara yang merdeka hanya karena berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Dengan ideologi Pancasila, Indonesia mampu menjaga keberbedaannya dalam kerukunan Bhinneka Tunggal Ika. Keunggulan fakta Indonesia inilah yang sebenarnya dibutuhkan dunia. Terutama untuk misi menciptakan perdamaian, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lihatlah kontingen penjaga perdamaian Indobatt di Kongo dan Lebanon. Aroma harum Indonesia tercium dari sana berkat kiprah TNI-Polri kita. Ilmuwan dan saintis kita berserak di rumah-rumah penelitian dan laboratorium elit dunia. Pelajar kita langganan piala olimpiade fisika dan kimia. Mahasiswa kita sering memenangi kontes robot internasional walau sering dalam proses pembuatannya kekurangan modal.

Silakan googling, dan temukan lagi banyak fakta membersyukurkan, bahwa sebenarnya potensi sumber daya manusia membawa jeladren DNA juara. Mereka itu rata-rata masih berusia muda, dari anak-anak, usia remaja hingga usia kepala tiga. Fakta inilah yang kian menguatkan harapan dan keyakinan, bahwa sudah saatnya pemuda Indonesia menjadi pemimpin dunia.

Lalu pemuda Indonesia macam apa yang layak dinominasikan menjadi pemimpin dunia? Setidaknya pemimpin ini harus memiliki ciri-ciri berikut:

Pertama, memiliki etika profetik. Yakni tugas kepemimpinan yang diemban para Rasul/Nabi atas dasar penunjukan dari ilahi. Keberpihakannya nyata kepada rakyat jelata. Bukan dibuat-buat untuk menaikkan citra. Kepemimpinan ini dibangun menuju arah Keesaan Tuhan, kemanusiaan yang beradab, persatuan insan, musyawarah, dan keadilan bagi dunia. Pemimpin seperti ini muncul tak disangka-sangka. Ia bukan karbitan media atau juara audisi lomba. Ia bukan selebritis atau sosialita.
Kedua, memiliki jiwa dan filosofi penggembala. Seorang penggembala adalah pribadi pemimpin yang sahaja, sepi pamrih, sabar mengelola, tegas menjaga kedisiplinan, dan berani bertanggungjawab terhadap keselamatan gembalanya.
Ketiga, Think SMART, FAST Action. Berfikir cerdas, bertindak gegas. SMART adalah singkatan dari ukuran keberhasilan rencana yakni spesific, measureable, attainable, reasonable, timeline. Pemimpin ini berfikir tidak serampangan seperti preman. Tapi penuh perhitungan dan pertimbangan. FAST adalah singkatan dari aksi yang berbasis akhlak para nabi yakni fathonah, amanah, shiddiq, tabligh. Pemimpin ini bertindak strategis, bertanggungjawab, jujur, setia dalam kebenaran, transparan, komunikatif dan penuh keterbukaan. Ia berani meminta maaf dan tidak enggan mengakui kesalahan.

Keempat, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Pemimpin ini tidak selalu minta posisi di depan. Ia malu rebutan jabatan. Ia rela di tengah. Ia bahkan tak malu mempersilakan orang lain memimpin dirinya. Ia bisa “duduk” di belakang dan menjadi orang tua yang mengasuh anaknya.

Mulailah memimpin diri sendiri sebagai latihan sejak dini. Karena sesungguhnya setiap diri adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Jadikan kondisi Indonesia yang carut marut ini sebagai bahan pembelajaran dan refleksi. Jika kita sebagai pemimpin, apa yang akan kita lakukan? Jangan cuma pandai menyalahkan orang lain dan saling tuding kening.

Di tengah keprihatinan dan duka akibat bencana alam maupun sosial yang ramai hari-hari ini, mari tetap menjaga harap. Sambil terus bersyukur atas teguran dan peringatan Tuhan. Maknai bencana dan peringatan Sumpah Pemuda sebagai sarana pemersatu kemanusiaan dan perekat kebangsaan. Mudah-mudahan gunung Merapi dan laut Mentawai sedang mengirimkan pesan: “Pemuda Indonesia seharusnya memimpin di depan sebagai pengayom dan teladan dunia. Bukan malah ribut adu mulut di belakang, jadi sumber pertikaian dan pengangguran banyak acara.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar